Keyra sama
sekali tak menjawab panggilanku, hal itu membuatku semakin panik. Sempat
terlintas dibenakku kalau dia pergi, tapi jika dia pergi kenapa tasnya malah
tergeletak disini. Tidak, pasti ada yang tidak beres. Sekali lagi aku melihat
kesekeliling halaman parkir kampus ini, hingga pandanganku tertuju pada
bayangan seseorang yang ada dekat pohon besar yang ada dibagian pojok halaman
parkir ini. Jujur aku sangat mencurigainya. Namun kecurigaanku ternyata benar,
tak lama kemudian terdengar suara teriakan perempuan dari arah sana.
“ Lepaskan
akuu!!!”
“Diam..!!! buat
ini lebih mudah sayang.” Terdengar suara lelaki dari arah sana.
Tanpa berfikir panjang, aku langsung
berlari kearah suara itu. Benar saja, kulihat Keyra telah tersandar dipohon
besar dengan posisi lelaki itu menekan tubuhnya.
Rahangku mengeras melihatnya, emosiku
sudah tak dapat ketahan lagi, dengan cepat aku melepaskan Keyra dari lelaki itu
dan menghajar lelaki itu sampai dia tersungkur ketanah. Sebenarnya akan lebih
mudah menghajar orang yang setengah mabuk seperti ini. Tapi dia cukup kuat
untuk dilawan. Sehingga beberapa kali aku mendapatkan pukulan ditubuhku.
Aku dan dia terlibat baku hantam.
Hingga akhirnya dia tak dapat berbuat apa-apa lagi setelah satu tendangan telak
kuhantamkan ke bagian perutnya.
"Kurang
ajar, sekali lagi kau mendekati Keyra. Aku takkan segan-segan membunuhmu!!
Ingat itu" Bentakku pada lelaki itu.
Aku melepaskan lelaki itu, lalu
mendekati Keyra yang terduduk ditanah sambil memeluk kedua kakinya. Dia
menangis, dan tubuhnya gemetar.
"Keyraa..
Kau tidak apa-apakan?."
"A..ku..
Ta..kut..."jawabnya terbata-bata.
"Tenang,
jangan takut Key."
Lalu perlahan-lahan aku membantu dia
berdiri. Bisa kurasakan bagaimana tubuhnya yang gemetar.
"Diaa..."
Keyra langsung memelukku erat. Tubuhku langsung menegang saat tiba-tiba
dia memelukku.
"Lelaki
ituu.." tangis Keyra langsung pecah. Air matanya mengalir deras. Entah
kenapa hatiku sangat sakit melihatnya menangis seperti ini.
Aku membalas
pelukannya dan mengusap punggungnya. "Tenang Key,. Sebaiknya kita kemobil. Mungkin Andy sudah kembali"
Saat kami akan kembali ke parkiran.
Andy dan kekasihnya datang. Mereka berdua nampak terkejut melihat aku sedang
memeluk Keyra yang menangis.
"Jayden,
Keyra. Apa yang terjadi? Wajahmu?"
Aku langsung
menunjuk kearah lelaki yang sekarang tidak sadarkan diri karena ulahku.
"Dia mencoba memperkosa Keyra."
"Astaga
Keyra.." Olivia setengah berteriak sambil menutup mulutnya saat mendengar
penjelasanku. Dan dia langsung mendekati Keyra.
"Maafkan
aku Key, aku meninggalkanmu tadi." Tampak penyesalan diraut wajah Olivia.
Keyra hanya menggeleng mendengar ucapan Olivia sambil menangis.
"Aku akan
menyerahkan lelaki itu kepolisi. Kalian bawa Keyra pulang."
"Aku akan
kemobil lebih dulu. Jayden, kau bawa Keyra." Olivia langsung keparkiran
lebih dulu.
"Key, kita
pulang...." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Terasa olehku tubuh
Keyra melemah. Kalau saja aku tak menahannya, pasti tubuhnya sudah merosot
ketanah.
"Key..
Keyra.."aku mengeratkan pelukanku, dan menepuk wajahnya. Keyra tak
sadarkan diri.
***
Keyra
Bau disinfektan yang menusuk hidung
membuatku yakin kalau ini adalah rumah sakit. Aku membuka mata perlahan.
Melihat disekelilingku. Ada Olivia dan dua lelaki disampingnya.
"Aku
kenapa?"
"Kau
baik-baik saja Key" jawab Olivia sambil tersenyum.
Aku tak percaya
sepenuhnya pada ucapan Olivia. Kucoba untuk mengingatnya kembali.
"Keyraa.."
Aku menoleh
kearah lelaki yang wajahnya nampak lebam.
"Aku mau
pulang." jawabku lemah.
"Tidak
sekarang Key.."
Sedetik kemudian aku dapat mengingat
yang terjadi. Bagaimana Mike menarikku, mendorong tubuhku. Menciumiku dengan
liar. Seketika kepalaku sakit saat mengingatnya. Ku pejamkan mataku mencoba
untuk melupakannya. Tapi bayangan itu terus ada. Nafasku terasa sesak. Air
mataku langsung mengalir tanpa bisa kutahan lagi.
"Keyra,
lihat aku Jayden. Tenang, kau harus melupakan itu."
Aku menggelengkan
kepala.
"Keyra,
tenang. Jangan diingat lagi. Mike sudah diserahkan ke polisi. Takkan ada lagi
yang akan menganggumu."
Aku menangis lagi, bayangan beberapa
bulan yang lalu kembali teringat. Disaat dia melakukan hal yang sama padaku.
"Keyra,
sebaiknya kau minum dulu." Olivia memberikanku segelas air.
***
Siang harinya aku sudah
diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Karena memang tidak ada masalah dengan
fisikku. Hanya saja aku masih trauma karena kejadian itu. Bahkan tadi malam aku
bermimpi tentang kejadian yang lebih buruk dari itu. Aku benar-benar takut. Ya
Tuhan, mengapa kejadian itu selalu menghantuiku.
Sesampainya dirumah aku masih
ditemani oleh Olivia, Andy dan Jayden. Mereka tidak pernah meninggalkanku,
padahal aku sudah menyuruh mereka pulang agar bisa beristirahat. Tapi mereka
bersikeras untuk tetap disini. Walaupun aku sudah meyakinkan mereka kalau aku
baik-baik saja, tapi mereka tetap menemaniku. Ya, aku harus bersyukur memiliki mereka,
walaupun aku baru mengenal Andy dan juga Jayden, tapi mereka sangat baik
padaku.
***
Jayden.
“Keyra...
Key....”
Aku baru saja memejamkan mataku,
tapi suara seseorang memanggil Keyra membuatku kembali membuka mataku dan
membenarkan posisi dudukku. Ahh, siapa sebenarnya lelaki ini? Sangat menganggu sekali.
"Keyra mana
Liv?"
"Tenang
Vin, Keyra sedang tidur. Biarkan dia tidur dulu. Semalam dia mimpi buruk. Dia
menangis dan tidak bisa tidur sampai pagi." jelas Olivia pada lelaki itu.
"Baiklah,
aku hanya ingin melihat keadaannya. Aku kekamar Keyra dulu" jawab lelaki
itu sambil berjalan kearah kamar Keyra.
Olivia
menghempaskan tubuhnya kesofa yang ada didekatku..
"Lelaki itu
siapa? Kekasih Keyra?" tanyaku
"Iya itu
kekasih Keyra. Namanya Kevin. Dia baru kembali dari luar kota." jawab
Olivia.
"Mereka
sudah lama bersama?" apa yang sebenarnya ada didalam fikiranku
sampai-sampai aku bertanya tentang itu.
"Hampir
setahun. Memangnya kenapa?." Tanya olivia.
"Tidak, aku
hanya bertanya. Memangnya tidak boleh kalau aku bertanya tentang itu?"
"Tidak.
Boleh-boleh saja." jawab Olivia sambil tertawa.
Aku mengerutkan
dahi melihat tingkah Olivia "Oh iya, Andy mana?" Tanyaku, karena dari
tadi aku tidak melihat Andy.
"Andy
sedang keluar membeli sesuatu. Sebentar lagi dia kembali. Ya sudah, lanjutkan
saja tidur mu. Aku mau kedapur dulu" ucapnya sambil beranjak dari
sampingku.
Beberapa saat kemudian Kevin keluar
dari kamar Keyra, dia bergabung dengan kami yang sedang mengobrol diruang tamu.
Rupanya Olivia yang memberitahukan tentang kejadian malam kemarin dengan Kevin.
Aku bisa melihat kalau Kevin sangat mencemaskan keadaan Keyra.
***
Sejak kejadian itu, hubunganku dan
Keyra menjadi dekat. Beberapa kali kami pergi bersama Aku tahu tentang Keyra
dari Olivia sahabatnya. Tentang masalahnya dengan Mike, dan tentang kakaknya
yang meninggal. Padahal dulu saat pertama kali bertemu dengannya, aku fikir dia
perempuan yang kuat, ya walaupun dia sangat ceroboh, tapi ternyata dibalik
senyuman yang selalu menghiasi wajah cantiknya dia sangat rapuh. Karena itulah
aku menjadi sangat peduli padanya. Entah kenapa hatiku terasa sakit saat
mendengar semua cerita sedih tentang Keyra.
Pagi ini aku melihat Keyra duduk
didepan kelasnya sambil melamun. Dari raut wajahnya sepertinya dia sedang tidak
baik. Keyra, bisakah aku melihat senyumanmu pagi ini. Bukan wajahmu yang pucat,
dan matamu yang sayu seperti itu.
Aku langsung
menghampiri dan duduk disampingnya.
"Keyra,
masih terlalu pagi untuk melamun." Ucapku sambil mengacak rambutnya.
Dia langsung menoleh
kearahku. " Uhh, Jayden.. Sejak kapan kau ada disini?" jawabnya
sambil merapikan rambutnya.
"Sejak
tadi. Kau asyik sendiri dengan fikiranmu. Sampai-sampai mengacuhkanku."
"Maaf, aku
benar-benar tidak tahu. Kenapa kau datang kekampus?" jawabnya sambil
tersenyum.
"Memangnya
aku tidak boleh kekampus. Aku masih mahasiswa disini."
"Kau kan
tidak ada kuliah lagi Jayden. Jadi wajar kalau aku bertanya. " jawabnya
sambil mengerucutkan bibirnya. Aku benar-benar ingin tertawa melihatnya
cemberut seperti itu. Tapi aku menahannya, Keyra pasti marah kalau aku
tiba-tiba tertawa.
"Kau
kenapa? Apa yang akan kau tertawakan?" tanyanya ketus.
"Hahahaa..”
akhirnya aku tak bisa menahan tawaku saat melihat wajahnya cemberut.
“Aku tertawa
melihat kau cemberut seperti itu Key. Kau mirip sekali dengan anak yang merajuk
saat mainannya diambil"
"Jaydeeeenn...."
dia mencubit lenganku.
"Aww, sudah
Key. Sakit.. Iya iya, aku takkan meledekmu lagi." Aku mengusap bekas
cubitan Keyra dilenganku.
"Kau ada
bimbingan ya?" tanyanya lagi. Kali ini dengan wajah yang serius.
"Iya, aku
ada janji untuk bertemu dengan dosen. Tapi tadi saat aku keruangannya. Dia
sepertinya belum datang. Eh tidak biasanya kau ada dikampus sepagi ini?"
"Aku takut
terlambat, jadi aku datang lebih awal."
Aku menatap
wajahnya. "Key, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat."
Keyra diam, dia
hanya menunduk saat aku menatap wajahnya.
"Keyraa.."
panggilku sekali lagi,
"Ehh, aku
tidak apa-apa. Hanya kurang tidur saja." jawabnya sambil tersenyum.
"Kau bohong
Key.."
"Jayden...
Percaya padaku."
Aku menggeleng
"Aku bisa melihatnya Key.."
Dia menghela
nafas. "Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang, Jayden."
"Baiklah
aku tidak ingin memaksamu."
"Jayden,
aku harus masuk. Dosennya sudah datang." ucapnya sambil beranjak dari sampingku.
"Key, nanti
kau pulang dengan Kevin?"
Dia menggeleng."Tidak,
Kevin sedang sibuk."
"Ya sudah,
aku menunggumu diperpustakaan. Kau pulang denganku saja nanti."
Dia mengangguk,
sambil tersenyum..
***
Keyra datang menemuiku setelah
hampir dua jam aku menunggunya disini. Dia datang dengan membawa beberapa buku
tebal yang dipegangnya. Sesampainya didekatku, dia langsung duduk. Terlihat
jelas diwajahnya kalau saat ini dia sangat lelah.
“Maaf membuatmu
lama menunggu. Aku tadi disuruh mengambil buku-buku ini diruangan dosen.”
“ Seharusnya kau
menelponku saja tadi, jadi aku bisa kesana membantumu membawa buku-buku ini.
Memangnya ini untuk apa?” ucapku sambil melihat judul buku itu satu persatu.
“Ah iya.
Sudahlah sekarang aku sudah sampai disini. Ini buku untuk referensi ditugas
akhirku nanti.”
Aku mengangguk
mengerti “ Key, kita pulang sekarang saja ya? Tapi sebelumnya kita makan dulu,
aku sangat lapar.”
“Baiklah, aku
juga lapar..” jawabnya sambil beranjak dari tempat duduk.
Kami sedang diperjalanan menuju
sebuah restoran saat ponsel Keyra berbunyi. Obrolan kami mengenai kegiatan
dikampus langsung terhenti, Keyra mengeluarkan ponselnya dan melihatnya
sebentar kemudian memasukkannya lagi tanpa menerima panggilan yang masuk.
Wajahnya yang tadi ceria, berubah menjadi murung setelah melihat nama yang
tertera diponselnya.
“Key, kenapa
tidak diterima panggilannya?”
“Tidak apa-apa,
aku sedang malas menerima panggilan itu.”
“Memangnya siapa
yang menelpon?” tanyaku lagi.
Dia membuka tasnya dan mengambil
ponselnya lagi. Suara nada panggilan masuk yang tadi telah berhenti, sekarang
berbunyi lagi. Tertera nama orang tidak asing lagi bagiku. Apa sebenarnya yang
terjadi diantara mereka? Bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja.
Bahkan kadang aku iri melihatnya. Astaga, Jayden apa yang sedang kau fikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar