Rabu, 25 September 2013

Sorry, I Love You : Thank You

Keyra.


            Aku tidak mengerti apa yang ada difikiranku saat ini, semakin hari aku melihat sosok kak Kieran didalam diri Jayden. Padahal tidak ada kesamaan yang mencolok diantara mereka berdua. Tapi sifat Jayden yang sangat peduli padaku, membuatku merasa nyaman saat berada didekatnya. Dia selalu bisa membuatku tertawa disaat aku sedih. Dia bisa kuajak berdiskusi jika aku membutuhkan teman bahkan dia ada disaat aku membutuhkan pertolongan. Ya, walaupun terkadang dia sangat menyebalkan dengan sifat rasa ingin tahunya yang sangat tinggi. Tapi akhir-akhir ini dia seperti kak Kieran dulu yang selalu ada untukku.

            Seperti hari ini contohnya, sejak tadi pagi dia selalu menatapku curiga. Dia tahu kalau aku sedang tidak baik, walaupun dari tadi aku berusaha untuk tetap ceria, selalu tersenyum. Tapi dia ternyata tahu kalau aku sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

“ Key, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat.” Tanyanya sambil tetap menatap wajahku.
Saat dia bertanya seperti itu, spontan aku langsung menunduk. “ Ehh, tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja” jawabku gugup, tapi aku berusaha tersenyum agar dia tidak curiga lagi.
Uhh, pasti ini gara-gara aku kurang tidur semalam, jadinya terlihat pucat pagi ini. Rutukku dalam hati
“Kau bohong Key..”
“Jayden, percaya padaku..” Jawabku meyakinkannya.
Dia menggeleng. “Aku bisa melihatnya Key.”

            Sepertinya aku memang bukan tipe pembohong yang ulung. Jayden telah menjadi buktinya. Dia tidak percaya padaku sama sekali. Akhirnya aku menyerah, aku memang harus jujur padanya. Tapi yang pasti tidak disini, karena aku sedang malas membahasnya. Aku masih kesal.
Aku menghela nafas, “ Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang, Jayden” jawabku pelan, hampir tidak terdengar.
“Baiklah, aku takkan memaksamu.” Jawaban itulah yang kuharapkan sekarang. Terima kasih Jayden.

            Disaat bersamaan dari kejauhan aku melihat dosennku sudah datang, itu berarti aku harus segera masuk kedalam kelas.
“Jayden, aku harus masuk. Dosennya sudah datang.” Ucapku sambil beranjak dari tempat duduk yang ada disampingnya.
Namun disaat aku baru melangkah, dia memanggiku lagi. “Key, nanti kau pulang dengan Kevin?”
“Tidak, Aku pulang sendiri.” Entahlah sekarang Kevin sedang apa, sepertinya dia sudah melupakanku, aku mengumpat dalam hati.
“Ya sudah, aku menunggumu diperpustakaan”
            Aku hanya tersenyum dan mengangguk, menerima ajakannya. Lalu aku masuk kedalam kelas.

***

            Entah sudah berapa lama Jayden menungguku diperpustakaan, saat keluar dari kelas aku langsung keruangan dosen untuk mengambil beberapa buku yang akan kupakai sebagai referensi tugas akhirku. Setelah selesai aku langsung keperpustakaan menemui Jayden. Saat masuk keruangan kulihat dia sedang sibuk dengan ponselnya. Tak lama kami didalam perpustakaan karena Jayden langsung mengajakku makan siang sebelum pulang. Kami langsung keluar meninggalkan perpustakaan itu.

            Kami sedang membicarakan mengenai kegiatan kampus saat tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku langsung mengambilnya dan melihat nama yang tertera dilayarnya. Kevin, melihat namanya tertera dilayar ponselku membuat mood ku yang tadi sudah lebih baik dibandingkan semalam mendadak kacau lagi. Lalu aku memasukkan kembali ponselku tanpa menerima panggilannya. Kevin, kenapa kau membuatku kesal seperti ini.

“Key, kenapa tidak diterima panggilannya.” Suara Jayden membuyarkan lamunanku tentang Kevin.
“Tidak apa-apa. Aku sedang malas menerima panggilannya” jawabku, jujur saat ini aku memang malas untuk berbicara dengan Kevin.
Kulihat Jayden mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban dariku. “Memangnya siapa yang menelpon?” tanyanya lagi.

            Aku membuka tasku lagi dan mengambil ponsel yang ada didalamnya. Suara nada dering ponselku kembali terdengar, dengan nama Kevin yang kembali tertera dilayar. Aku langsung menunjukkan kepadanya. Jayden terlihat bingung setelah melihat ponselku tadi. Lalu dia kembali fokus menyetir mobilnya.

            Sekarang aku dan Jayden sama-sama diam. Kami sibuk dengan fikiran masing-masing. Aku kembali tenggelam dalam ingatan tentang tadi malam.

            Kejadian itu berawal dari rasa khawatirku saat Kevin tidak menghubungiku seharian. Dia hanya menelponku kemarin pagi, tapi siang hingga jam 10 malam dia tidak mengabariku sama sekali. Sudah beberapa kali ku kirimkan pesan singkat padanya tapi tak ada balasan. Aku sangat khawatir, karena tidak biasanya Kevin seperti ini, biasanya dialah yang selalu menghubungiku. Karena itulah akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya, beberapa kali kutelpon tapi tak ada tanda-tanda dia menerima panggilanku. Aku semakin khawatir, dimana Kevin, baik-baikkah dia? 

Kuulangi hingga beberapa kali, hingga akhirnya dia menerimanya. Aku menghela nafas saat dia menerima panggilan dariku. Berarti Kevin baik-baik saja. Tapi belum sempat aku menanyakan kemana dia selama seharian hingga membuatku cemas, terdengar suara perempuan didekatnya.

“Keviiin.. Ayo, aku sudah sangat lelah sekali. Cepat sedikit. Kulihat dari tadi kau hanya menelpon saja tanpa memperdulikanku” suara wanita itu terdengar hampir seperti rengekan.
Aku terkejut mendengarnya, siapa wanita itu? apa yang dikatakan dia barusan?
“Vin..?? Jelaskan padaku dimana kau sekarang, dan siapa wanita itu?” ucapku pelan. Rasanya seluruh rasa khawatirku tadi telah hilang dan berganti dengan rasa curiga begitu besar. Otakku mulai berimaginasi, membayangkan Kevin melakukan sesuatu yang akhirnya bisa membuatku kecewa padanya.

“Key, maafkan aku. Tapi ini tidak seperti yang kau kira. Dia itu...” belum selesai dia menyelesaikan ucapannya. Suara wanita itu kembali terdengar.
“Kevin.. kumohon adakah hal yang lebih penting lagi dibandingkan berbicara ditelpon.”
“Vin, siapa dia? Kevin jawab aku?” kali ini suaraku lebih tegas, aku ingin tahu siapa wanita itu.
“Key, akan kujelaskan nanti. Kumohon tolong mengerti. Maafkan aku Key..” Kevin  langsung memutuskan panggilannya.

            Aku hanya terdiam saat Kevin memutuskan panggilan dariku, astaga Kevin lebih mementingkan wanita dari pada aku kekasihnya sendiri. Siapa wanita itu, apa hubungannya dengan Kevin. Ya Tuhan, apakah ini yang pernah dikatakan kak Kieran padaku. Jika Kevin itu tidak baik untukku. Tidak, kak Kieran salah tentang itu. Tanpa terasa air mataku jatuh, Kevin apakah kau tahu aku sangat mencintamu?

            Semalaman aku tak bisa tidur memikirkannya, aku sangat berharap Kevin menelponku dan menjelaskan semuanya padaku. Tapi sampai pagi harinya pun dia tak menelponku, sekarang aku yakin kalau Kevin sudah tak membutuhkanku lagi, dia lebih memilih wanita itu.


“Keyra.. Key...” aku tersadar dari lamunanku saat Jayden memanggilku sambil menepuk pipiku.
“Ada apa?” jawabku sambil menoleh kearahnya.
“Berhenti melamun Key, ponselmu berbunyi lagi. Sepertinya sangat penting.”
“Tidak..” jawabku sambil mengambil ponselku dan mematikannya.
“Keyra.. ada apa sebenarnya? Kalian sedang ada masalah?”
Aku hanya mengangguk.
“Cerita kan padaku Key, mungkin aku bisa membantu.” Jawabnya.
“Aku bisa menyelesaikannya sendiri Jayden, jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.”
Dia menggeleng, “Kau sangat terlihat tidak baik, dari tadi pagi kau hanya melamun  begitupun sekarang. Wajahmu pucat, matamu sayu. Kau jangan menyiksa dirimu sendiri Key. Aku mengkhawatirkanmu.”

Ahh Jayden, kenapa kau. Aku ingin Kevin yang seperti ini padaku. Yang sangat peduli padaku. Tak terasa air mataku mengalir, aku menangis lagi. Hatiku terasa sakit mengingatnya.
“Keyra.. Keyra, kumohon jangan menangis.” Dia menyentuh pundakku kemudian  menghapus air mataku.

***

Jayden



“Jayden.. Kevin.. dia..” dia langsung memelukku. Aku langsung membalasnya, berusaha menenangkan Keyra yang menangis.
“Jangan menangis Key, itu takkan menyelesaikan masalahmu”
“Kevin, kemarin dengan seorang wanita. Pantas saja dia tidak menghubungiku. Padahal aku mengkhawatirkannya.” Jawabnya sambil menangis.

Kevin, apa yang kau lakukan. Aku langsung mengepalkan tanganku. Bisa-bisanya kau menyakiti hati Keyra. Tidakkah kau tahu Keyra sangat mencintaimu. Ingin rasanya aku memberikan pelajaran untuk Kevin, karena sifatnya yang tidak tahu diri itu.

Aku membelai rambut panjangnya “ Key, bicara baik-baik dengan Kevin. Kau tanyakan siapa wanita itu. kemana dia kemarin. Bicarakan baik-baik.” Aku berusaha menenangkan diriku sendiri, agar emosiku tak tetap terkontrol.
“Semalam dia sempat mengatakan padaku kalau ingin menjelaskan semuanya. Tapi aku sudah menunggu telponnya sampai pagi. Dia tidak menelponku. Aku membencinya.”
“Jadi apa yang kau inginkan sekarang Key?” tanyaku.
Dia menggeleng “ Aku tidak tahu. Aku tidak ingin bertemu dengannya, bahkan mendengar suaranya pun aku malas”
“Baiklah, tenangkan dirimu dulu. Setelah itu bicarakan baik-baik dengan Kevin.”
Dia mengangguk “Terima kasih Jayden. Kaulah yang bisa menenangkanku saat ini. Seandainya kak Kieran masih ada...”
“Ssstt.. Bicaralah padaku jika ada masalah Key. Aku akan mendengarkannya.” Aku membelai rambutnya dan mencium keningnya. “Sekarang berhenti menangis Key..” karena aku tersiksa melihatmu seperti ini, ucapku dalam hati.

Aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celanaku dan memberikan padanya. Dia mengambil saputangan yang kuberikan sambil tersenyum “Kau seperti kak Kieran..”

Aku tersenyum mendengarnya, tapi entah kenapa rasanya aku ingin protes saat dia mengatakan kalau aku seperti kakaknya. Jayden, apa yang sebenarnya terjadi denganmu?

“Sejak kapan kita sudah sampai didepan restoran ini?”
“Sudah lama Key, tapi dari tadi kau hanya melamun. Makanya kau tidak tahu.”
“Maafkan aku Jayden, pasti kau mau bilang kalau aku mengacuhkanmu lagi.” Ucapnya sambil cemberut.
“Tidak. Aku takkan mengatakan itu padamu. Kau saja yang berburuk sangka padaku. Berhenti menekuk wajahmu seperti itu Key. Kau terlihat sangat jelek. Sekarang tersenyumlah. Aku merindukan itu.” aku menggoda Keyra.
Tapi dia menggelengkan kepalanya.

Seperti biasa disaat aku melihat Keyra yang mulai merajuk padaku, aku langsung mencubit pipinya. Dan bisa ditebak beberapa saat kemudian dia berteriak.
“Jaydeeennnn, berhenti. Iya, akan tersenyum.” Lalu dia tersenyum.
Aku menggeleng, “Senyumanmu dipaksakan.”

Dia kembali tersenyum, aku senang melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang selalu kurindukan setiap saat. Hmm, sepertinya ada yang salah denganku saat ini.
“Sekarang kau yang melamun, ayolah Jayden aku lapar.” Keyra menarik tanganku.
“Iya sekarang kita makan..” Lalu kami turun dari mobil dan masuk kedalam restoran itu.


***

            Keyra sudah kembali dari toilet saat makanan yang kami pesan datang. Kami langsung memakannya, sepertinya kami berdua sangat lapar.
“Setelah ini kita makan es krim ya? Aku sudah pesan untuk kita berdua.”
“Andy akan marah kalau aku makan es krim Key, suaraku akan terganggu.” Jawabku jujur.
“Jayden, tidak banyak kok. Ayolah, aku ingin kita makan berdua. Tidak akan berdampak apa-apa pada suaramu. Percayalah..”

Sekarang sifat manjanya sudah keluar, dia takkan pernah berhenti merengek sebelum kemauannya dituruti.
“Hmmm...” aku hanya berguman.
“Pleasee...” Dia mulai memasang muka memelasnya padaku.
Aku mengangguk, sambil tersenyum. “ Apa yang tidak untukmu Key..”
“Aahh, terima kasih Jayden. Kalau begitu kita makan sekarang.” Lalu dia langsung memanggil salah satu pelayan dan meminta es krim kesukaannya.
“Habiskan dulu makanannya, baru makan es krim”
“Iya, iya. Kau lama-lama berubah cerewet ya.”
“Kau yang membuatku cerewet Key.” Jawabku sambil makan.

            Tak lama kemudian es krim pesanan Keyra datang. Dia langsung tersenyum melihatnya. Keyra benar-benar seperti anak kecil kalau seperti ini. Dia mulai menikmati es krimnya, sedangkan aku hanya tersenyum memperhatikannya.

“Jayden, kau sudah janji untuk makan berdua denganku. Jadi ayolah sekarang..” katanya sambil menyuapkan es krim itu kemulutku. Spontan aku langsung membuka mulutku.
“Anak pintar..” ucapnya sambil tertawa.
“Aku bisa sendiri Key..” lalu aku mengambil sendok yang ada didepanku dan sekarang aku yang menyuapi Keyra.
“Hahhaa, kenapa kita jadi seperti ini Jayden.” Dia tertawa saat aku menyuapinya.
“Sepertinya lebih menyenangkan seperti ini”
Kami berdua benar-benar menikmatinya, tertawa bersama.


***
Author




            Tak jauh dari meja Keyra dan Jayden, Kevin  memperhatikan keakraban diantara mereka berdua. Keyra nampak tertawa bahagia, begitu pun Jayden. Mereka tanpa malu-malu memperlihatkan kedekatan satu sama lain. Dia yakin kalau setiap orang yang melihat mereka berdua akan menganggap kalau mereka adalah sepasarang kekasih yang sedang kasmaran.

            Rahangnya mengeras, raut wajahnya berubah dingin saat melihat kebersamaan Jayden dan Keyra. Emosi jelas terlihat dari raut wajahnya saat ini. Seluruh rasa bersalah yang ada didalam dirinya mendadak hilang saat melihat pemandangan didepannya saat ini. Ingin rasanya dia meluapkan semua kekesalannya disini. Andai saja sekarang tidak ada klien penting yang sedang ditemaninya. Mungkin dia akan menyeret Jayden keluar, mengatakan kalau Keyra kekasihnya dan kemudian menghajarnya habis-habisan.

"Tuan Kevin.. Klien anda tadi sudah saya antar kemobil. Sekarang dia sudah kembali ke hotel lagi." Suara asistennya membuat dia mengalihkan pandangannya dari Keyra dan Jayden.
"Kau kembali lah kekantor sekarang, aku masih ada urusan." jawabnya dingin.
"Baiklah Tuan. Saya permisi dulu."

            Dia hanya mengangguk menjawab ucapan dari asistennya. Sesaat setelah asistennya meninggalkannya, dia langsung menghampiri meja Keyra dan Jayden. Jadi ini yang dilakukan Keyra tanpanya, tahukah Keyra kalau dia  merasa sangat bersalah karena kejadian tadi malam. Tapi Keyra malah membuatnya sakit hati.


***

Keyra




Jayden berhasil membuat wajahku belepotan karena es krim.
"Sudah Jayden, rasanya pipiku sudah penuh dengan es krim karenamu. Kau membuatku seperti anak kecil saja." Aku mulai membersihkan wajahku dengan tissue yang tersedia dimeja.
"Sini biar aku yang membersihkan. Lagi pula kau yang duluan Key.." Jawabnya sambil mulai mengelap wajahku dengan tissue.
Dia tersenyum, "Setelah ini, bersihkan wajahmu ditoilet."
"Iyaa Jayden.. Ini semua karena ulahmu. Sekarang sudah bersih ya." Tanyaku sambil mencubit hidung mancungnya.
"Iya.. Aahh.. Key..."


"Keyra.."
            Suara yang tegas dan tajam terdengar dari belakangku. Aku langsung berhenti mencubit Jayden, dia yang tadi mengelap wajahku langsung berhenti. Aku menoleh kebelakang. Kevin, ada Kevin disini.

                                                                         ***

"Vin.." Jayden menyapa Kevin.
"Aku sedang tidak ingin berurusan denganmu Jadyen, aku hanya butuh Keyra." Ucapnya angkuh.
"Key, aku ingin bicara denganmu. Tapi tidak disini." Dia menatapku tajam. Dari raut wajahnya dia terlihat sangat marah.
"Apa yang ingin kau bicarakan Vin? Semuanya jelas kau lebih mementingkan wanita itu dibandingkan aku kekasihmu sendiri.." Ucapku sambil mendengus kesal. Bisa-bisanya Kevin marah padaku, padahal seharusnya akulah yang marah padanya.
"Keyra, bukan tipe ku untuk membicarakan hal pribadi ditempat umum seperti ini, Ayo.." dia menarik tanganku dengan kasar.

"Vin, maaf sebelumnya bukan bermaksud untuk ikut campur urusan kalian. Tapi tidak seharusnya menyelesaikan masalah dengan emosi. Lagipula kau akan menyakiti Keyra." Jayden menyela pembicaraanku dan Kevin.
Kevin tersenyum sinis "Aku tahu apa yang harus aku lakukan Jayden. Ku harap kau tidak terlalu banyak ikut campur. Ayo Keyra, atau aku akan berbuat lebih dari ini."

            Dia mengeratkan pegangannya ditanganku, aku meringis kesakitan. Akhirnya dengan terpaksa aku mengikutinya, sebelum Kevin lebih marah lagi dan Jayden ikut emosi. Karena saat ini aku melihat Jayden menatap Kevin dengan penuh amarah.
"Jayden, aku pergi." ucapku saat meninggalkan Jayden.
Kulihat dia hanya mematung melihatku pergi dengan Kevin.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar