Keyra.
“I can be tough.
I can be strong.
But with you,
its not like that at all.
There’s a girl,
that gives a shit.
Behind this
wall. You just walked through it....”
Suara nada
dering ponselku membuyarkan semua lamunanku, dengan malas kuambil ponsel yang
kusimpan didalam tas. Sebuah pesan singkat masuk.
**Sayang, maaf ya. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan siang ini, aku
tidak bisa menemuimu sekarang. Aku harap kau mengerti, maaf. I love you, Keyra**
Sejenak aku
tersentak membaca pesan yang baru saja kuterima dari Kevin. Kevin... kenapa
tidak dari tadi kau menghubungiku, sudah satu jam aku di cafe ini. Inilah
kebiasaan burukmu, sering membatalkan janjimu sendiri. Padahal kau menyuruhku
kesini, dan sekarang kau juga yang tidak datang menemuiku. Aku menggerutu kesal
dalam hati.
Akhirnya kuputuskan
untuk pulang, aku memasukkan buku-buku yang tergeletak dimeja kedalam tas.
Setelah membayar tagihannya, aku beranjak pergi dari tempat itu. Saat sedang
berjalan kudengar ponselku berbunyi lagi, kali ini panggilan dari Kevin. Aku
langsung menerima panggilannya.
“Halo..”
“Keyraa, kau
marah padaku?”
“Kau fikir saja
sendiri” jawabku ketus.
“Key, tadi aku
akan menemuimu, tapi ada meeting mendadak. Dan aku harus menghadirinya. Maaf ya
sayang.”
Aku hanya diam
mendengar penjelasan darinya.
“Keyra..”
“Hmm..” jawabku
pendek.
“Maaf ya, aku
janji lain kali aku pasti datang”
“ Terserah” saat
ini aku sangat malas berbicara dengannya.
“Keyra, ada apa
denganmu?. Kau sakit ya?” tanyanya.
Kevin, kenapa
kau tidak sadar juga. Saat ini aku kesal, ingin marah padamu. Tapi kau malah
bertanya ada apa denganku. Kau benar-benar membuat moodku hancur berantakan.
“Aku tidak
apa-apa. Selesaikan saja pekerjaanmu.”
“ Keyra, aku
tahu kau marah padaku. Tapi tolong, mengerti sayang.”
“ Vin, sudah
dulu ya. Saat ini aku sedang dijalan,..” belum selesai aku berbicara
dengannya,. Tiba-tiba..
Buukk..
“Aduhh..” tanpa
sengaja aku mengadu, sambil memegangi pundakku. Aku terkejut saat seorang
laki-laki menabrakku dengan cukup keras.
“Maaf..” aku
langsung mendongak saat lelaki itu bicara. Lelaki yang memiliki postur tubuh
tinggi, memakai topi dan kacamata hitam.
“Aku juga tidak
melihatmu” jawabku.
“Kau tidak
apa-apa?” tanyanya sambil memegang pundakku.
“Tidak, aku
tidak apa-apa. Permisi.” Jawabku sambil pergi meninggalkannya.
Saat aku sudah
meninggalkannya, aku mendengar lelaki itu memanggil seseorang.
“Hey, nona..”
Awalnya aku tak
menghiraukannya. Tapi saat aku merasa seseorang menyentuh pundakku, aku langsung menoleh.
“ Ini ponselmu?”
dia menyodorkan ponsel berwarna hitam. Yah, itu ponselku. Bagaimana bisa
ponselku ada ditangannya?.
“ Iya ini
ponselku. Kau??” aku menunjuk lelaki itu.
“Kau jangan
berburuk sangka, aku melihat ponselmu tergeletak dilantai. Aku rasa ini
punyamu, karena tidak ada orang lain yang lewat selain kau. Dan sepertinya
ponselmu mati.”
Astaga, aku baru
ingat tadikan aku sedang berbicara dengan Kevin, dan tiba-tiba lelaki ini
menabrakku. Pada akhirnya ponselku terjatuh.
“Hey.. Ini
memang punyamu?” suaranya membuyarkan lamunanku.
“Iya ini
ponselku.”
“Aku harap lain lain
kau harus lebih berhati-hati. Jangan sampai kau menjatuhkannya lagi.” katanya
sambil memberikan ponselku.
Sepertinya
lelaki ini tidak tahu kalau dia yang membuat ponselku terjatuh. “ Sebenarnya
aku tadi sedang menelpon kekasihku, tapi kau menabrakku dan ponselku terjatuh”
“Oh, itu karena
ku ya? Astaga, maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja.” Ucapnya dengan raut
wajah menyesal.
“Sudahlah, tidak
apa-apa. Terima kasih sudah mengembalikannya padaku”
“Sebaiknya kau
lihat dulu, apakah ponselmu rusak?”
Aku menghidupkan
kembali ponselku, setelah menunggu beberapa saat aku baru yakin kalau ponselku
masih berfungsi dengan baik.
“Tidak, ini
masih berfungsi dengan baik.” Jawabku sambil tersenyum.
Dia mengangguk
kepadaku. Sedangkan aku meninggalkan lelaki itu, berjalan keluar dari cafe dan
memberhentikan sebuah taksi yang lewat dan pulang kerumah. Hari yang melelahkan
dan cukup menguras emosiku.
*****
Jayden
Sial, kenapa bisa hari ini aku
terlambat bangun pagi ini. Padahal aku telah mengatur jam waker ku agar aku
dapat bangun tepat waktu. Tapi nyatanya aku terlambat. Aku menggerutu dalam
hati sambil mengemudikan mobilku dengan kencang. Aku tak peduli beberapa orang
yang mengumpat karena kelakuanku menyalip mereka dengan tiba-tiba. Aku hanya
ingin sampai dikampus tepat waktu, aku sudah berjanji dengan dosen pembimbingku
untuk bertemu dengannya.
Setelah perjalanan yang panjang, aku
berhasil sampai kekampus. Setelah memakirkan mobil, aku bergegas memasuki ruang
dosen sambil membawa beberapa berkas yang harus kuajukan kepada dosen
pembimbingku. Saat aku sedang terburu-buru, aku terkejut dengan seseorang yang
menabrakku dan menjatuhkan semua berkas yang kubawa. Yah, sekarang semuanya
jatuh dan berantakan. Tuhan, sungguh sial hari ini. Disaat genting, malah
hal-hal yang tidak penting terjadi. Dengan cepat aku mengambil dan menyusun
kembali berkas yang berserakan dilantai.
“Maafkan aku,
aku tidak sengaja. Sungguh..” ucap wanita itu sambil membantuku membereskan
berkas-berkasku.
“Bisakah kau
sedikit hati-hati, Nona. Kau membuat semua berkas skripsiku jatuh dan sekarang
berantakan.”
“Maaf, sekali
lagi aku minta maaf. Aku akan membantumu membereskan semuanya. Sini ku bantu
untuk menyusunnya lagi.” Jawabnya lagi sambil menjulurkan tangannya utnuk
meminta berkas yang ada ditanganku.
“Tidak usah, aku
bisa menyusunnya lagi. Terima kasih.”
“Aku benar-benar
minta maaf.”
Setelah semua
berkas terkumpul aku mendongak pada wanita itu, sesaat aku memandangi wajahnya.
Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi dimana? Entahlah, tidak banyak
waktu untuk memikirkannya.
“Aku....”
Tapi belum selesai dia berbicara aku
sudah memotongnya, karena aku tahu kalau dia ingin meminta maaf lagi. Dari raut
wajahnya aku sudah membaca, dia sangat bersalah. “Iya aku memaafkanmu. Aku
tidak banyak waktu, permisi.” Jawabku sambil meninggalkannya pergi.
******
Setengah jam sudah aku menunggu
disini, tapi yang kudapatkan nihil. Dengan entengnya, asistennya mengatakan
bahwa beliau tidak bisa menemuiku. Ada rapat mendadak dengan rektor dan
jajarannya. Aku menghela nafas panjang, pengorbanan yang cukup panjang untuk
datang kekampus hari ini tapi hasilnya, kosong. Benar-benar sial.
Aku keluar dari ruang dosen dengan
lesu sambil membawa berkas yang tadi telah kususun lagi dengan rapi. Aku
mengingat lagi apa yang telah kulewati pagi ini, bangun terlambat, mengemudikan
mobil dengan kencang hingga beberapa orang mengumpat, memarahi seorang wanita
yang menabrakku. Wanita yang menabrakku? Aku baru ingat siapa dia, dia yang
kutemui dicafe beberapa hari yang lalu. Saat itu kami bertabrakan sehingga
ponselnya jatuh. Dan tadi kami bertabrakan lagi. Siapa yang ceroboh diantara
kami berdua, aku atau dia. Kami bertemu dua kali dengan momen yang sama. Apa itu
kebetulan? Entahlah..
Sesampainya diparkiran aku langsung
pergi meninggalkan kampus untuk makan siang. Setelah itu aku akan pergi kerumah
Andy, sahabatku. Seperti biasa, kami akan latihan band untuk persiapan mengisi acara penggalangan
dana dikampus minggu depan. Saat diperjalanan kerumah Andy, hujan turun dengan
deras. Aku memperlambat laju mobilku, karena jarak pandangnya yang pendek
sehingga aku harus berhati-hati. Suhu udara berubah menjadi sangat dingin.
Tidak bisa kubayangkan kalau aku berada diluar sana.
Hujan semakin deras saat aku
melewati area taman kota yang letaknya tidak jauh dari sebuah komplek pemakaman.
Taman kota yang biasanya ramai sekarang sepi. Dimusim hujan seperti ini
orang-orang sangat malas untuk beraktivitas diluar. Sambil mengendarai mobil
dengan pelan, aku mengedarkan pandanganku kesekitar jalan. Mataku tertuju pada
sesosok wanita yang sedang berdiri, melipat kedua tangannya sambil berteduh
dibawah sebuah pohon dipinggir jalan. Wanita itu berdiri sendirian ditengah
derasnya hujan seperti ini? Menyadari kehadiranku, dia melihat kearah mobilku.
Deg.. aku terkejut, wanita itu? Sedang apa dia didepan komplek pemakaman
sendirian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar