Rabu, 25 September 2013

Sorry, I Love You : Thank You

Keyra.


            Aku tidak mengerti apa yang ada difikiranku saat ini, semakin hari aku melihat sosok kak Kieran didalam diri Jayden. Padahal tidak ada kesamaan yang mencolok diantara mereka berdua. Tapi sifat Jayden yang sangat peduli padaku, membuatku merasa nyaman saat berada didekatnya. Dia selalu bisa membuatku tertawa disaat aku sedih. Dia bisa kuajak berdiskusi jika aku membutuhkan teman bahkan dia ada disaat aku membutuhkan pertolongan. Ya, walaupun terkadang dia sangat menyebalkan dengan sifat rasa ingin tahunya yang sangat tinggi. Tapi akhir-akhir ini dia seperti kak Kieran dulu yang selalu ada untukku.

            Seperti hari ini contohnya, sejak tadi pagi dia selalu menatapku curiga. Dia tahu kalau aku sedang tidak baik, walaupun dari tadi aku berusaha untuk tetap ceria, selalu tersenyum. Tapi dia ternyata tahu kalau aku sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

“ Key, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat.” Tanyanya sambil tetap menatap wajahku.
Saat dia bertanya seperti itu, spontan aku langsung menunduk. “ Ehh, tidak apa-apa. Aku hanya kurang tidur saja” jawabku gugup, tapi aku berusaha tersenyum agar dia tidak curiga lagi.
Uhh, pasti ini gara-gara aku kurang tidur semalam, jadinya terlihat pucat pagi ini. Rutukku dalam hati
“Kau bohong Key..”
“Jayden, percaya padaku..” Jawabku meyakinkannya.
Dia menggeleng. “Aku bisa melihatnya Key.”

            Sepertinya aku memang bukan tipe pembohong yang ulung. Jayden telah menjadi buktinya. Dia tidak percaya padaku sama sekali. Akhirnya aku menyerah, aku memang harus jujur padanya. Tapi yang pasti tidak disini, karena aku sedang malas membahasnya. Aku masih kesal.
Aku menghela nafas, “ Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang, Jayden” jawabku pelan, hampir tidak terdengar.
“Baiklah, aku takkan memaksamu.” Jawaban itulah yang kuharapkan sekarang. Terima kasih Jayden.

            Disaat bersamaan dari kejauhan aku melihat dosennku sudah datang, itu berarti aku harus segera masuk kedalam kelas.
“Jayden, aku harus masuk. Dosennya sudah datang.” Ucapku sambil beranjak dari tempat duduk yang ada disampingnya.
Namun disaat aku baru melangkah, dia memanggiku lagi. “Key, nanti kau pulang dengan Kevin?”
“Tidak, Aku pulang sendiri.” Entahlah sekarang Kevin sedang apa, sepertinya dia sudah melupakanku, aku mengumpat dalam hati.
“Ya sudah, aku menunggumu diperpustakaan”
            Aku hanya tersenyum dan mengangguk, menerima ajakannya. Lalu aku masuk kedalam kelas.

***

            Entah sudah berapa lama Jayden menungguku diperpustakaan, saat keluar dari kelas aku langsung keruangan dosen untuk mengambil beberapa buku yang akan kupakai sebagai referensi tugas akhirku. Setelah selesai aku langsung keperpustakaan menemui Jayden. Saat masuk keruangan kulihat dia sedang sibuk dengan ponselnya. Tak lama kami didalam perpustakaan karena Jayden langsung mengajakku makan siang sebelum pulang. Kami langsung keluar meninggalkan perpustakaan itu.

            Kami sedang membicarakan mengenai kegiatan kampus saat tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku langsung mengambilnya dan melihat nama yang tertera dilayarnya. Kevin, melihat namanya tertera dilayar ponselku membuat mood ku yang tadi sudah lebih baik dibandingkan semalam mendadak kacau lagi. Lalu aku memasukkan kembali ponselku tanpa menerima panggilannya. Kevin, kenapa kau membuatku kesal seperti ini.

“Key, kenapa tidak diterima panggilannya.” Suara Jayden membuyarkan lamunanku tentang Kevin.
“Tidak apa-apa. Aku sedang malas menerima panggilannya” jawabku, jujur saat ini aku memang malas untuk berbicara dengan Kevin.
Kulihat Jayden mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban dariku. “Memangnya siapa yang menelpon?” tanyanya lagi.

            Aku membuka tasku lagi dan mengambil ponsel yang ada didalamnya. Suara nada dering ponselku kembali terdengar, dengan nama Kevin yang kembali tertera dilayar. Aku langsung menunjukkan kepadanya. Jayden terlihat bingung setelah melihat ponselku tadi. Lalu dia kembali fokus menyetir mobilnya.

            Sekarang aku dan Jayden sama-sama diam. Kami sibuk dengan fikiran masing-masing. Aku kembali tenggelam dalam ingatan tentang tadi malam.

            Kejadian itu berawal dari rasa khawatirku saat Kevin tidak menghubungiku seharian. Dia hanya menelponku kemarin pagi, tapi siang hingga jam 10 malam dia tidak mengabariku sama sekali. Sudah beberapa kali ku kirimkan pesan singkat padanya tapi tak ada balasan. Aku sangat khawatir, karena tidak biasanya Kevin seperti ini, biasanya dialah yang selalu menghubungiku. Karena itulah akhirnya aku memutuskan untuk menelponnya, beberapa kali kutelpon tapi tak ada tanda-tanda dia menerima panggilanku. Aku semakin khawatir, dimana Kevin, baik-baikkah dia? 

Kuulangi hingga beberapa kali, hingga akhirnya dia menerimanya. Aku menghela nafas saat dia menerima panggilan dariku. Berarti Kevin baik-baik saja. Tapi belum sempat aku menanyakan kemana dia selama seharian hingga membuatku cemas, terdengar suara perempuan didekatnya.

“Keviiin.. Ayo, aku sudah sangat lelah sekali. Cepat sedikit. Kulihat dari tadi kau hanya menelpon saja tanpa memperdulikanku” suara wanita itu terdengar hampir seperti rengekan.
Aku terkejut mendengarnya, siapa wanita itu? apa yang dikatakan dia barusan?
“Vin..?? Jelaskan padaku dimana kau sekarang, dan siapa wanita itu?” ucapku pelan. Rasanya seluruh rasa khawatirku tadi telah hilang dan berganti dengan rasa curiga begitu besar. Otakku mulai berimaginasi, membayangkan Kevin melakukan sesuatu yang akhirnya bisa membuatku kecewa padanya.

“Key, maafkan aku. Tapi ini tidak seperti yang kau kira. Dia itu...” belum selesai dia menyelesaikan ucapannya. Suara wanita itu kembali terdengar.
“Kevin.. kumohon adakah hal yang lebih penting lagi dibandingkan berbicara ditelpon.”
“Vin, siapa dia? Kevin jawab aku?” kali ini suaraku lebih tegas, aku ingin tahu siapa wanita itu.
“Key, akan kujelaskan nanti. Kumohon tolong mengerti. Maafkan aku Key..” Kevin  langsung memutuskan panggilannya.

            Aku hanya terdiam saat Kevin memutuskan panggilan dariku, astaga Kevin lebih mementingkan wanita dari pada aku kekasihnya sendiri. Siapa wanita itu, apa hubungannya dengan Kevin. Ya Tuhan, apakah ini yang pernah dikatakan kak Kieran padaku. Jika Kevin itu tidak baik untukku. Tidak, kak Kieran salah tentang itu. Tanpa terasa air mataku jatuh, Kevin apakah kau tahu aku sangat mencintamu?

            Semalaman aku tak bisa tidur memikirkannya, aku sangat berharap Kevin menelponku dan menjelaskan semuanya padaku. Tapi sampai pagi harinya pun dia tak menelponku, sekarang aku yakin kalau Kevin sudah tak membutuhkanku lagi, dia lebih memilih wanita itu.


“Keyra.. Key...” aku tersadar dari lamunanku saat Jayden memanggilku sambil menepuk pipiku.
“Ada apa?” jawabku sambil menoleh kearahnya.
“Berhenti melamun Key, ponselmu berbunyi lagi. Sepertinya sangat penting.”
“Tidak..” jawabku sambil mengambil ponselku dan mematikannya.
“Keyra.. ada apa sebenarnya? Kalian sedang ada masalah?”
Aku hanya mengangguk.
“Cerita kan padaku Key, mungkin aku bisa membantu.” Jawabnya.
“Aku bisa menyelesaikannya sendiri Jayden, jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.”
Dia menggeleng, “Kau sangat terlihat tidak baik, dari tadi pagi kau hanya melamun  begitupun sekarang. Wajahmu pucat, matamu sayu. Kau jangan menyiksa dirimu sendiri Key. Aku mengkhawatirkanmu.”

Ahh Jayden, kenapa kau. Aku ingin Kevin yang seperti ini padaku. Yang sangat peduli padaku. Tak terasa air mataku mengalir, aku menangis lagi. Hatiku terasa sakit mengingatnya.
“Keyra.. Keyra, kumohon jangan menangis.” Dia menyentuh pundakku kemudian  menghapus air mataku.

***

Jayden



“Jayden.. Kevin.. dia..” dia langsung memelukku. Aku langsung membalasnya, berusaha menenangkan Keyra yang menangis.
“Jangan menangis Key, itu takkan menyelesaikan masalahmu”
“Kevin, kemarin dengan seorang wanita. Pantas saja dia tidak menghubungiku. Padahal aku mengkhawatirkannya.” Jawabnya sambil menangis.

Kevin, apa yang kau lakukan. Aku langsung mengepalkan tanganku. Bisa-bisanya kau menyakiti hati Keyra. Tidakkah kau tahu Keyra sangat mencintaimu. Ingin rasanya aku memberikan pelajaran untuk Kevin, karena sifatnya yang tidak tahu diri itu.

Aku membelai rambut panjangnya “ Key, bicara baik-baik dengan Kevin. Kau tanyakan siapa wanita itu. kemana dia kemarin. Bicarakan baik-baik.” Aku berusaha menenangkan diriku sendiri, agar emosiku tak tetap terkontrol.
“Semalam dia sempat mengatakan padaku kalau ingin menjelaskan semuanya. Tapi aku sudah menunggu telponnya sampai pagi. Dia tidak menelponku. Aku membencinya.”
“Jadi apa yang kau inginkan sekarang Key?” tanyaku.
Dia menggeleng “ Aku tidak tahu. Aku tidak ingin bertemu dengannya, bahkan mendengar suaranya pun aku malas”
“Baiklah, tenangkan dirimu dulu. Setelah itu bicarakan baik-baik dengan Kevin.”
Dia mengangguk “Terima kasih Jayden. Kaulah yang bisa menenangkanku saat ini. Seandainya kak Kieran masih ada...”
“Ssstt.. Bicaralah padaku jika ada masalah Key. Aku akan mendengarkannya.” Aku membelai rambutnya dan mencium keningnya. “Sekarang berhenti menangis Key..” karena aku tersiksa melihatmu seperti ini, ucapku dalam hati.

Aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celanaku dan memberikan padanya. Dia mengambil saputangan yang kuberikan sambil tersenyum “Kau seperti kak Kieran..”

Aku tersenyum mendengarnya, tapi entah kenapa rasanya aku ingin protes saat dia mengatakan kalau aku seperti kakaknya. Jayden, apa yang sebenarnya terjadi denganmu?

“Sejak kapan kita sudah sampai didepan restoran ini?”
“Sudah lama Key, tapi dari tadi kau hanya melamun. Makanya kau tidak tahu.”
“Maafkan aku Jayden, pasti kau mau bilang kalau aku mengacuhkanmu lagi.” Ucapnya sambil cemberut.
“Tidak. Aku takkan mengatakan itu padamu. Kau saja yang berburuk sangka padaku. Berhenti menekuk wajahmu seperti itu Key. Kau terlihat sangat jelek. Sekarang tersenyumlah. Aku merindukan itu.” aku menggoda Keyra.
Tapi dia menggelengkan kepalanya.

Seperti biasa disaat aku melihat Keyra yang mulai merajuk padaku, aku langsung mencubit pipinya. Dan bisa ditebak beberapa saat kemudian dia berteriak.
“Jaydeeennnn, berhenti. Iya, akan tersenyum.” Lalu dia tersenyum.
Aku menggeleng, “Senyumanmu dipaksakan.”

Dia kembali tersenyum, aku senang melihat senyuman itu lagi. Senyuman yang selalu kurindukan setiap saat. Hmm, sepertinya ada yang salah denganku saat ini.
“Sekarang kau yang melamun, ayolah Jayden aku lapar.” Keyra menarik tanganku.
“Iya sekarang kita makan..” Lalu kami turun dari mobil dan masuk kedalam restoran itu.


***

            Keyra sudah kembali dari toilet saat makanan yang kami pesan datang. Kami langsung memakannya, sepertinya kami berdua sangat lapar.
“Setelah ini kita makan es krim ya? Aku sudah pesan untuk kita berdua.”
“Andy akan marah kalau aku makan es krim Key, suaraku akan terganggu.” Jawabku jujur.
“Jayden, tidak banyak kok. Ayolah, aku ingin kita makan berdua. Tidak akan berdampak apa-apa pada suaramu. Percayalah..”

Sekarang sifat manjanya sudah keluar, dia takkan pernah berhenti merengek sebelum kemauannya dituruti.
“Hmmm...” aku hanya berguman.
“Pleasee...” Dia mulai memasang muka memelasnya padaku.
Aku mengangguk, sambil tersenyum. “ Apa yang tidak untukmu Key..”
“Aahh, terima kasih Jayden. Kalau begitu kita makan sekarang.” Lalu dia langsung memanggil salah satu pelayan dan meminta es krim kesukaannya.
“Habiskan dulu makanannya, baru makan es krim”
“Iya, iya. Kau lama-lama berubah cerewet ya.”
“Kau yang membuatku cerewet Key.” Jawabku sambil makan.

            Tak lama kemudian es krim pesanan Keyra datang. Dia langsung tersenyum melihatnya. Keyra benar-benar seperti anak kecil kalau seperti ini. Dia mulai menikmati es krimnya, sedangkan aku hanya tersenyum memperhatikannya.

“Jayden, kau sudah janji untuk makan berdua denganku. Jadi ayolah sekarang..” katanya sambil menyuapkan es krim itu kemulutku. Spontan aku langsung membuka mulutku.
“Anak pintar..” ucapnya sambil tertawa.
“Aku bisa sendiri Key..” lalu aku mengambil sendok yang ada didepanku dan sekarang aku yang menyuapi Keyra.
“Hahhaa, kenapa kita jadi seperti ini Jayden.” Dia tertawa saat aku menyuapinya.
“Sepertinya lebih menyenangkan seperti ini”
Kami berdua benar-benar menikmatinya, tertawa bersama.


***
Author




            Tak jauh dari meja Keyra dan Jayden, Kevin  memperhatikan keakraban diantara mereka berdua. Keyra nampak tertawa bahagia, begitu pun Jayden. Mereka tanpa malu-malu memperlihatkan kedekatan satu sama lain. Dia yakin kalau setiap orang yang melihat mereka berdua akan menganggap kalau mereka adalah sepasarang kekasih yang sedang kasmaran.

            Rahangnya mengeras, raut wajahnya berubah dingin saat melihat kebersamaan Jayden dan Keyra. Emosi jelas terlihat dari raut wajahnya saat ini. Seluruh rasa bersalah yang ada didalam dirinya mendadak hilang saat melihat pemandangan didepannya saat ini. Ingin rasanya dia meluapkan semua kekesalannya disini. Andai saja sekarang tidak ada klien penting yang sedang ditemaninya. Mungkin dia akan menyeret Jayden keluar, mengatakan kalau Keyra kekasihnya dan kemudian menghajarnya habis-habisan.

"Tuan Kevin.. Klien anda tadi sudah saya antar kemobil. Sekarang dia sudah kembali ke hotel lagi." Suara asistennya membuat dia mengalihkan pandangannya dari Keyra dan Jayden.
"Kau kembali lah kekantor sekarang, aku masih ada urusan." jawabnya dingin.
"Baiklah Tuan. Saya permisi dulu."

            Dia hanya mengangguk menjawab ucapan dari asistennya. Sesaat setelah asistennya meninggalkannya, dia langsung menghampiri meja Keyra dan Jayden. Jadi ini yang dilakukan Keyra tanpanya, tahukah Keyra kalau dia  merasa sangat bersalah karena kejadian tadi malam. Tapi Keyra malah membuatnya sakit hati.


***

Keyra




Jayden berhasil membuat wajahku belepotan karena es krim.
"Sudah Jayden, rasanya pipiku sudah penuh dengan es krim karenamu. Kau membuatku seperti anak kecil saja." Aku mulai membersihkan wajahku dengan tissue yang tersedia dimeja.
"Sini biar aku yang membersihkan. Lagi pula kau yang duluan Key.." Jawabnya sambil mulai mengelap wajahku dengan tissue.
Dia tersenyum, "Setelah ini, bersihkan wajahmu ditoilet."
"Iyaa Jayden.. Ini semua karena ulahmu. Sekarang sudah bersih ya." Tanyaku sambil mencubit hidung mancungnya.
"Iya.. Aahh.. Key..."


"Keyra.."
            Suara yang tegas dan tajam terdengar dari belakangku. Aku langsung berhenti mencubit Jayden, dia yang tadi mengelap wajahku langsung berhenti. Aku menoleh kebelakang. Kevin, ada Kevin disini.

                                                                         ***

"Vin.." Jayden menyapa Kevin.
"Aku sedang tidak ingin berurusan denganmu Jadyen, aku hanya butuh Keyra." Ucapnya angkuh.
"Key, aku ingin bicara denganmu. Tapi tidak disini." Dia menatapku tajam. Dari raut wajahnya dia terlihat sangat marah.
"Apa yang ingin kau bicarakan Vin? Semuanya jelas kau lebih mementingkan wanita itu dibandingkan aku kekasihmu sendiri.." Ucapku sambil mendengus kesal. Bisa-bisanya Kevin marah padaku, padahal seharusnya akulah yang marah padanya.
"Keyra, bukan tipe ku untuk membicarakan hal pribadi ditempat umum seperti ini, Ayo.." dia menarik tanganku dengan kasar.

"Vin, maaf sebelumnya bukan bermaksud untuk ikut campur urusan kalian. Tapi tidak seharusnya menyelesaikan masalah dengan emosi. Lagipula kau akan menyakiti Keyra." Jayden menyela pembicaraanku dan Kevin.
Kevin tersenyum sinis "Aku tahu apa yang harus aku lakukan Jayden. Ku harap kau tidak terlalu banyak ikut campur. Ayo Keyra, atau aku akan berbuat lebih dari ini."

            Dia mengeratkan pegangannya ditanganku, aku meringis kesakitan. Akhirnya dengan terpaksa aku mengikutinya, sebelum Kevin lebih marah lagi dan Jayden ikut emosi. Karena saat ini aku melihat Jayden menatap Kevin dengan penuh amarah.
"Jayden, aku pergi." ucapku saat meninggalkan Jayden.
Kulihat dia hanya mematung melihatku pergi dengan Kevin.


***

Sorry, I Love You : When I'm With You.

Keyra sama sekali tak menjawab panggilanku, hal itu membuatku semakin panik. Sempat terlintas dibenakku kalau dia pergi, tapi jika dia pergi kenapa tasnya malah tergeletak disini. Tidak, pasti ada yang tidak beres. Sekali lagi aku melihat kesekeliling halaman parkir kampus ini, hingga pandanganku tertuju pada bayangan seseorang yang ada dekat pohon besar yang ada dibagian pojok halaman parkir ini. Jujur aku sangat mencurigainya. Namun kecurigaanku ternyata benar, tak lama kemudian terdengar suara teriakan perempuan dari arah sana.
“ Lepaskan akuu!!!”
“Diam..!!! buat ini lebih mudah sayang.” Terdengar suara lelaki dari arah sana.

           Tanpa berfikir panjang, aku langsung berlari kearah suara itu. Benar saja, kulihat Keyra telah tersandar dipohon besar dengan posisi lelaki itu menekan tubuhnya.

            Rahangku mengeras melihatnya, emosiku sudah tak dapat ketahan lagi, dengan cepat aku melepaskan Keyra dari lelaki itu dan menghajar lelaki itu sampai dia tersungkur ketanah. Sebenarnya akan lebih mudah menghajar orang yang setengah mabuk seperti ini. Tapi dia cukup kuat untuk dilawan. Sehingga beberapa kali aku mendapatkan pukulan ditubuhku.

            Aku dan dia terlibat baku hantam. Hingga akhirnya dia tak dapat berbuat apa-apa lagi setelah satu tendangan telak kuhantamkan ke bagian perutnya.   
"Kurang ajar, sekali lagi kau mendekati Keyra. Aku takkan segan-segan membunuhmu!! Ingat itu" Bentakku pada lelaki itu.
           
            Aku melepaskan lelaki itu, lalu mendekati Keyra yang terduduk ditanah sambil memeluk kedua kakinya. Dia menangis, dan tubuhnya gemetar.
"Keyraa.. Kau tidak apa-apakan?."
"A..ku.. Ta..kut..."jawabnya terbata-bata.
"Tenang, jangan takut Key."

            Lalu perlahan-lahan aku membantu dia berdiri. Bisa kurasakan bagaimana tubuhnya yang gemetar.
"Diaa..." Keyra langsung memelukku erat. Tubuhku langsung menegang saat tiba-tiba dia  memelukku.
"Lelaki ituu.." tangis Keyra langsung pecah. Air matanya mengalir deras. Entah kenapa hatiku sangat sakit melihatnya menangis seperti ini.

Aku membalas pelukannya dan mengusap punggungnya. "Tenang Key,. Sebaiknya kita  kemobil. Mungkin Andy sudah kembali"

            Saat kami akan kembali ke parkiran. Andy dan kekasihnya datang. Mereka berdua nampak terkejut melihat aku sedang memeluk Keyra yang menangis.
"Jayden, Keyra. Apa yang terjadi? Wajahmu?"
Aku langsung menunjuk kearah lelaki yang sekarang tidak sadarkan diri karena ulahku. "Dia mencoba memperkosa Keyra."
"Astaga Keyra.." Olivia setengah berteriak sambil menutup mulutnya saat mendengar penjelasanku. Dan dia langsung mendekati Keyra.
"Maafkan aku Key, aku meninggalkanmu tadi." Tampak penyesalan diraut wajah Olivia. Keyra hanya menggeleng mendengar ucapan Olivia sambil menangis.
"Aku akan menyerahkan lelaki itu kepolisi. Kalian bawa Keyra pulang."
"Aku akan kemobil lebih dulu. Jayden, kau bawa Keyra." Olivia langsung keparkiran lebih dulu.
"Key, kita pulang...." belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Terasa olehku tubuh Keyra melemah. Kalau saja aku tak menahannya, pasti tubuhnya sudah merosot ketanah.
"Key.. Keyra.."aku mengeratkan pelukanku, dan menepuk wajahnya. Keyra tak sadarkan diri.

***
Keyra



            Bau disinfektan yang menusuk hidung membuatku yakin kalau ini adalah rumah sakit. Aku membuka mata perlahan. Melihat disekelilingku. Ada Olivia dan dua lelaki disampingnya.
"Aku kenapa?"
"Kau baik-baik saja Key" jawab Olivia sambil tersenyum.
Aku tak percaya sepenuhnya pada ucapan Olivia. Kucoba untuk mengingatnya kembali.
"Keyraa.."

Aku menoleh kearah lelaki yang wajahnya nampak lebam.
"Aku mau pulang." jawabku lemah.
"Tidak sekarang Key.."

            Sedetik kemudian aku dapat mengingat yang terjadi. Bagaimana Mike menarikku, mendorong tubuhku. Menciumiku dengan liar. Seketika kepalaku sakit saat mengingatnya. Ku pejamkan mataku mencoba untuk melupakannya. Tapi bayangan itu terus ada. Nafasku terasa sesak. Air mataku langsung mengalir tanpa bisa kutahan lagi.
"Keyra, lihat aku Jayden. Tenang, kau harus melupakan itu."
Aku menggelengkan kepala.
"Keyra, tenang. Jangan diingat lagi. Mike sudah diserahkan ke polisi. Takkan ada lagi yang akan menganggumu."

            Aku menangis lagi, bayangan beberapa bulan yang lalu kembali teringat. Disaat dia melakukan hal yang sama padaku.
"Keyra, sebaiknya kau minum dulu." Olivia memberikanku segelas air.


***

            Siang harinya aku sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Karena memang tidak ada masalah dengan fisikku. Hanya saja aku masih trauma karena kejadian itu. Bahkan tadi malam aku bermimpi tentang kejadian yang lebih buruk dari itu. Aku benar-benar takut. Ya Tuhan, mengapa kejadian itu selalu menghantuiku.

            Sesampainya dirumah aku masih ditemani oleh Olivia, Andy dan Jayden. Mereka tidak pernah meninggalkanku, padahal aku sudah menyuruh mereka pulang agar bisa beristirahat. Tapi mereka bersikeras untuk tetap disini. Walaupun aku sudah meyakinkan mereka kalau aku baik-baik saja, tapi mereka tetap menemaniku. Ya, aku harus bersyukur memiliki mereka, walaupun aku baru mengenal Andy dan juga Jayden, tapi mereka sangat baik padaku.

***

Jayden.


“Keyra... Key....”
            Aku baru saja memejamkan mataku, tapi suara seseorang memanggil Keyra membuatku kembali membuka mataku dan membenarkan posisi dudukku. Ahh, siapa sebenarnya lelaki ini? Sangat  menganggu sekali.
"Keyra mana Liv?"
"Tenang Vin, Keyra sedang tidur. Biarkan dia tidur dulu. Semalam dia mimpi buruk. Dia menangis dan tidak bisa tidur sampai pagi." jelas Olivia pada lelaki itu.
"Baiklah, aku hanya ingin melihat keadaannya. Aku kekamar Keyra dulu" jawab lelaki itu sambil berjalan kearah kamar Keyra.

Olivia menghempaskan tubuhnya kesofa yang ada didekatku..
"Lelaki itu siapa? Kekasih Keyra?" tanyaku
"Iya itu kekasih Keyra. Namanya Kevin. Dia baru kembali dari luar kota." jawab Olivia.
"Mereka sudah lama bersama?" apa yang sebenarnya ada didalam fikiranku sampai-sampai aku bertanya tentang itu.
"Hampir setahun. Memangnya kenapa?." Tanya olivia.
"Tidak, aku hanya bertanya. Memangnya tidak boleh kalau aku bertanya tentang itu?"
"Tidak. Boleh-boleh saja." jawab Olivia sambil tertawa.
Aku mengerutkan dahi melihat tingkah Olivia "Oh iya, Andy mana?" Tanyaku, karena dari tadi aku tidak melihat Andy.
"Andy sedang keluar membeli sesuatu. Sebentar lagi dia kembali. Ya sudah, lanjutkan saja tidur mu. Aku mau kedapur dulu" ucapnya sambil beranjak dari sampingku.

            Beberapa saat kemudian Kevin keluar dari kamar Keyra, dia bergabung dengan kami yang sedang mengobrol diruang tamu. Rupanya Olivia yang memberitahukan tentang kejadian malam kemarin dengan Kevin. Aku bisa melihat kalau Kevin sangat mencemaskan keadaan Keyra.


***

            Sejak kejadian itu, hubunganku dan Keyra menjadi dekat. Beberapa kali kami pergi bersama Aku tahu tentang Keyra dari Olivia sahabatnya. Tentang masalahnya dengan Mike, dan tentang kakaknya yang meninggal. Padahal dulu saat pertama kali bertemu dengannya, aku fikir dia perempuan yang kuat, ya walaupun dia sangat ceroboh, tapi ternyata dibalik senyuman yang selalu menghiasi wajah cantiknya dia sangat rapuh. Karena itulah aku menjadi sangat peduli padanya. Entah kenapa hatiku terasa sakit saat mendengar semua cerita sedih tentang Keyra.

            Pagi ini aku melihat Keyra duduk didepan kelasnya sambil melamun. Dari raut wajahnya sepertinya dia sedang tidak baik. Keyra, bisakah aku melihat senyumanmu pagi ini. Bukan wajahmu yang pucat, dan matamu yang sayu seperti itu.

Aku langsung menghampiri dan duduk disampingnya.
"Keyra, masih terlalu pagi untuk melamun." Ucapku sambil mengacak rambutnya.
Dia langsung menoleh kearahku. " Uhh, Jayden.. Sejak kapan kau ada disini?" jawabnya sambil merapikan rambutnya.
"Sejak tadi. Kau asyik sendiri dengan fikiranmu. Sampai-sampai mengacuhkanku."
"Maaf, aku benar-benar tidak tahu. Kenapa kau datang kekampus?" jawabnya sambil tersenyum.
"Memangnya aku tidak boleh kekampus. Aku masih mahasiswa disini."
"Kau kan tidak ada kuliah lagi Jayden. Jadi wajar kalau aku bertanya. " jawabnya sambil mengerucutkan bibirnya. Aku benar-benar ingin tertawa melihatnya cemberut seperti itu. Tapi aku menahannya, Keyra pasti marah kalau aku tiba-tiba tertawa.
"Kau kenapa? Apa yang akan kau tertawakan?" tanyanya ketus.
"Hahahaa..” akhirnya aku tak bisa menahan tawaku saat melihat wajahnya cemberut.
“Aku tertawa melihat kau cemberut seperti itu Key. Kau mirip sekali dengan anak yang merajuk saat mainannya diambil"
"Jaydeeeenn...." dia mencubit lenganku.
"Aww, sudah Key. Sakit.. Iya iya, aku takkan meledekmu lagi." Aku mengusap bekas cubitan Keyra dilenganku.
"Kau ada bimbingan ya?" tanyanya lagi. Kali ini dengan wajah yang serius.
"Iya, aku ada janji untuk bertemu dengan dosen. Tapi tadi saat aku keruangannya. Dia sepertinya belum datang. Eh tidak biasanya kau ada dikampus sepagi ini?"
"Aku takut terlambat, jadi aku datang lebih awal."

Aku menatap wajahnya. "Key, apa kau baik-baik saja? Wajahmu pucat."
Keyra diam, dia hanya menunduk saat aku menatap wajahnya.
"Keyraa.." panggilku sekali lagi,
"Ehh, aku tidak apa-apa. Hanya kurang tidur saja." jawabnya sambil tersenyum.
"Kau bohong Key.."
"Jayden... Percaya padaku." 
Aku menggeleng "Aku bisa melihatnya Key.."
Dia menghela nafas. "Aku sedang tidak ingin membahasnya sekarang, Jayden."
"Baiklah aku tidak ingin memaksamu."
"Jayden, aku harus masuk. Dosennya sudah datang." ucapnya sambil beranjak dari sampingku.
"Key, nanti kau pulang dengan Kevin?"
Dia menggeleng."Tidak, Kevin sedang sibuk."
"Ya sudah, aku menunggumu diperpustakaan. Kau pulang denganku saja nanti."
Dia mengangguk, sambil tersenyum..


***
            Keyra datang menemuiku setelah hampir dua jam aku menunggunya disini. Dia datang dengan membawa beberapa buku tebal yang dipegangnya. Sesampainya didekatku, dia langsung duduk. Terlihat jelas diwajahnya kalau saat ini dia sangat lelah.
“Maaf membuatmu lama menunggu. Aku tadi disuruh mengambil buku-buku ini diruangan dosen.”
“ Seharusnya kau menelponku saja tadi, jadi aku bisa kesana membantumu membawa buku-buku ini. Memangnya ini untuk apa?” ucapku sambil melihat judul buku itu satu persatu.
“Ah iya. Sudahlah sekarang aku sudah sampai disini. Ini buku untuk referensi ditugas akhirku nanti.”
Aku mengangguk mengerti “ Key, kita pulang sekarang saja ya? Tapi sebelumnya kita makan dulu, aku sangat lapar.”
“Baiklah, aku juga lapar..” jawabnya sambil beranjak dari tempat duduk.

            Kami sedang diperjalanan menuju sebuah restoran saat ponsel Keyra berbunyi. Obrolan kami mengenai kegiatan dikampus langsung terhenti, Keyra mengeluarkan ponselnya dan melihatnya sebentar kemudian memasukkannya lagi tanpa menerima panggilan yang masuk. Wajahnya yang tadi ceria, berubah menjadi murung setelah melihat nama yang tertera diponselnya.

“Key, kenapa tidak diterima panggilannya?”
“Tidak apa-apa, aku sedang malas menerima panggilan itu.”
“Memangnya siapa yang menelpon?” tanyaku lagi.


            Dia membuka tasnya dan mengambil ponselnya lagi. Suara nada panggilan masuk yang tadi telah berhenti, sekarang berbunyi lagi. Tertera nama orang tidak asing lagi bagiku. Apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka? Bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Bahkan kadang aku iri melihatnya. Astaga, Jayden apa yang sedang kau fikirkan.

Sorry, I Love You : See You Again.

Celia.. apa yang dilakukannya ditempat ini. Aku langsung memberhentikan mobilku didekatnya dan menghampirinya.
“Celia..” panggilku
“Ja.. Jayden..” jawabnya gemetar karena kedinginan.
“Apa yang kau lakukan disini? dan dengan siapa kau disini?”
“Aku....”
“Ah, nanti saja kau jelaskan padaku. Sekarang ayo masuk.” Jawabku sambil menarik tangannya.

Tanpa protes Celia mengikuti permintaanku. Dia masuk kedalam mobil dan duduk disampingku.
“Pakai ini, kau pasti sangat kedinginan.” Aku memberikan jaket yang kupakai tadi.
“Terima kasih, Jayden.” Jawabnya sambil mengambil jaket dari tanganku dan langsung memakainya.
Aku mulai mengendarai mobilku lagi. “ Sekarang ceritakan mengapa kau ada ditempat itu tadi.”
Dia mulai menceritakan semuanya kepadaku sambil menangis. Aku tak pernah menyangka bahwa Celia yang ku kenal selalu ceria mengalami kisah seperti itu. Kisah cinta yang menyedihkan. Maaf Celia, aku tak bisa membantu apa-apa. Aku menghela dalam hati.

****
Keyra.


            Sudah satu jam lebih aku mencari surat persetujuan untuk seminar penelitian yang sudah ditanda tangani oleh dosen pembimbingku dan hasilnya sama tetap tidak ada. Dimana aku harus mencarinya? Seingatku aku menyimpannya didalam map yang berisi berkas-berkasku yang lainnnya. Aku sudah menelpon Olivia kalau saja aku menitipkan surat itu padanya, tapi tetap tidak ada. Aargghhh, ceroboh, ceroboh. Kenapa kebiasaan burukmu tidak pernah hilang Key. Aku memaki diriku sendiri. Aku mulai menangis, karena kesalahanku sendiri. Kemana surat itu Ya Tuhan.. Aku membutuhkannya, besok pagi ada seminar. Saat sedang mencarinya didalam tasku yang lain, Olivia menelponku lagi. Dia mengatakan bahwa surat itu bisa diminta lagi dibagian administrasi fakultasku. Tapi yang membuatku putus asa adalah kantor itu akan tutup lima belas menit lagi sedangkan jarak dari rumah kekampus itu adalah 45 menit perjalanan. Walaupun aku tahu bahwa itu tidak mungkin, aku tetap berusaha. Aku langsung mengeluarkan mobil dari garasi dan pergi kekampus.

            Saat akan keluar kulihat sebuah mobil sport berwarna hitam terparkir didepan pintu pagar rumahku. Siapa yang memarkirkan mobilnya sembarangan, menghalangi jalan keluar. Ahh, siapa pemilik mobil ini. Aku mendengus kesal.

            Aku keluar untuk menghampiri pemilik mobil itu, tapi tanpa disangka pengemudi mobil itu ternyata turun juga. Dan ternyata...
“ Kau.....?? “ kami saling menunjuk satu sama lain.
“ Kau.. Aquilla Keyra Nicoline Feehily”
“ Iya aku Keyra. Bisakah kau menjauhkan mobilmu dari sini, karena aku sedang buru-buru. Ku mohon.” Aku tak ingin membuang waktuku lebih lama lagi.
“ Tunggu sebentar, aku hanya ingin memberikan ini padamu.” Katanya sambil memberikan selembar kertas padaku.

Awalnya aku sedikit acuh, namun saat terlihat jelas nama lengkapku dikertas itu mataku langsung membulat. Itu suratnya Key, itu suratnya. Teriakku dalam hati.
“Hey ini milikmu kan?” lelaki itu membuyarkan lamunanku.
“Iya ini benar milikku, bagaimana bisa ada padamu?” jawabku sambil mengambil surat yang diberikannya padaku.
“ Apa kau lupa, tadi siang kita bertabrakan dan semua lembaran skripsiku jatuh, begitu juga denganmu. Dan tanpa sengaja surat ini terbawa olehku.”
Ahh iya, kenapa aku sampai lupa tentang itu. Lelaki ini yang memarahi tadi pagi.
“ Terima kasih kau sudah mengantarkannya kesini” jawabku.
“ Hey, kau jangan berfikir yang tidak-tidak ya. Aku mengantarkannya kesini karena kulihat jadwal seminarmu besok pagi. Aku tidak mau menjadi penghambat langkah seseorang”
Siapa juga yang berfikir macam-macam tentang dia. Tidak pernah, aku hanya ingin berterima kasih.
“Ya maksudku terimakasih. Cuma itu saja.”
“ Iya, maaf juga tadi aku sempat membentakmu saat dikampus. Aku tidak sengaja”
“ Tidak apa-apa, aku memang ceroboh.” Setelah tadi dia mengatakan bahwa aku berfikir yang macam-macam tentangnya sekarang dia malah meminta maaf padaku. Lelaki ini aneh.
“ Baiklah, aku permisi dulu. Kuharap lain kali kau harus berhati-hati Keyra. Sudah beberapa kali aku bertemu denganmu dan kau selalu melakukan kesalahan yang merugikan dirimu sendiri.”
“Maksudmu??” apa maksudnya sudah beberapa kali bertemu denganku? Seingatku baru tadi pagi dan malam ini aku bertemu dengannya.
“ Aku tidak bermaksud apa-apa. Bye.. “ dia melambaikan tangannya padaku lalu masuk mobil dan kemudian pergi.

Sedangkan aku masih berdiri kaku sambil memegang surat yang diberikan lelaki itu tadi. Kata-katanya masih jelas teringat olehku. Beberapa kali bertemu denganku, dan aku melakukan kesalahan.
Lelaki itu, datang tiba-tiba. Berbicara aneh, dan dia bahkan tidak mengenalkan namanya padaku. Dia siapa? Keyra apa yang kau fikirkan? Bukan saatnya memikirkan lelaki itu, fokus pada persiapan besok pagi. Protes hati kecilku.


*******
            Semua rencanaku diminggu ini berjalan dengan lancar, seminar penelitianku sukses dan sekarang saatnya bersenang-senang. Dulu saat kak Kieran masih ada kami akan pergi kesuatu tempat untuk merayakannya. Tapi sekarang aku takkan pernah lagi merayakannya bersamamu kak.

            Minggu ini aku berencana untuk pergi bersama Kevin tapi sayang sekali, Kevin sangat sibuk sehingga kami harus menunda rencana kami untuk berlibur bersama. Beruntunglah ada acara tahunan yang biasanya dilaksanakan oleh pihak kampus, yaitu pekan olahraga mahasiswa, seminar, bazar dan beberapa acara penggalangan dana lainnya sedangkan acara puncaknya yaitu akan digelar pukul 8 malam ini.

            Sejak tadi siang kami berada dikampus untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh panitia pelaksana, dan sekarang tanpa terasa kami sudah mencapai acara puncaknya.
“Key, ayo kita berdiri disana. Aku ingin melihat Andy lebih dekat lagi” 
“ Apa dari sini kau tidak melihatnya dengan jelas?” tanyaku sambil cemberut.
“ Ayolah Key, aku hanya ingin melihat kekasihku lebih dekat lagi.” Olivia mulai menarik tanganku.
Aku baru ingat kalau Andy adalah kekasih barunya Olivia, wajar saja kalau dari tadi dia ingin sekali melihat kekasihnya dibarisan paling depan.
“ Hmm, baiklah. Tapi dengan satu syarat, kita tidak akan pulang terlalu larut malam. Kau ingatkan aku sekarang sendirian, dan Kevin sedang diluar kota.”
“ Iya Keyra, iya aku janji” jawabnya sambil mencubit pipiku
Spontan aku langsung memegang pipiku “Aww, sakit Liv”
“Itu karena kau terlalu cerewet, ayo kita kesana. Aku yakin sebentar lagi Andy dan teman-temannya akan tampil.”

            Kami berjalan kebarisan penonton yang paling depan. Tak lama kemudian Andy dan teman-temannya naik keatas panggung pertunjukkan. Aku memperhatikan mereka satu persatu. Hingga mataku terfokus pada sang gitaris. Dia lelaki itu, jadi dia berteman dengan kekasihnya Olivia.

You'll never touch my face
We'll never play these games
We'll never be the same
I think about that night
You never said goodbye
You only walked away
  
          Alunan musik dan suara Andy mulai memenuhi ruangan aula, aku masih tetap memperhatikan lelaki yang memakai jaket hitam. Harus kuakui penampilannya sangatlah keren. Astaga Keyra, apa yang kau fikirkan tentang lelaki itu.

It's like my heart stopped beating when you walked away
And all that I believed in is going to waste
You'll never know that I loved
You'll never know that I trusted you in every way
You'll never know that I miss
You'll never know that I think about you everyday

Aku mengalihkan pandanganku dari lelaki itu, aku melihat wajah Olivia. Dia ikut bernyanyi bersama yang lainnya.

You'll never know these tears I've cried
That I'm sleeping on your side
And are you thinking of me?
I don't, I don't know
You'll never know I'm up all night
You're still the best thing in my life
And if you ever come back
I'll never, I'll never know..

“Liv... apa kau sering melihat Andy latihan?” tanyaku sambil berteriak. Suara musik yang kencang mengharuskanku untuk berteriak saat berbicara dengan Olivia.
“Beberapa kali Key, mereka sangat keren kan?”
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Sudah ku duga kau pasti menyukai mereka”


*****

            Tak terasa acaranya telah selesai, sebelum pulang Olivia memintaku untuk menemaninya menemui Andy. Ternyata Olivia meminta kekasihnya untuk mengantarkan kami pulang, mengingat sekarang sudah larut malam. Saat kami sampai diparkiran kulihat Andy bersama lelaki itu.

“Keyra, ini Andy.” Olivia memperkenalkan kekasihnya padaku.
“Hai, aku Keyra..” sapaku sambil tersenyum.
“ Hai, Livia sering bercerita tentangmu, senang bertemu denganmu Key..”
“Terima kasih Andy, penampilan kalian tadi keren.”
“ Aku senang jika kalian menyukainya, eh iya ini Jayden..” ternyata lelaki itu namanya Jayden.
Belum sempat aku menyapanya Jayden tersenyum menatapku. “ Senang bertemu denganmu lagi Keyra”
“ Aku juga..” jawabku sambil tersenyum.
“ Kalian pernah bertemu sebelumnya?” tanya Olivia curiga.
“ Beberapa kali secara tidak sengaja..” ucap Jayden.
Masih saja dia mengatakan kalau kami sudah beberapa kali bertemu. Padahal baru dua kali.
“Key, aku dan Andy ingin membeli minuman dulu. Kau tidak apa-apakan menunggu disini sebentar”.

Bisa-bisanya Olivia meninggalkanku dengan Jayden. Sedangkan dia asyik bersama kekasihnya.
“Baiklah..” jawabku pendek.
Olivia dan Andy pergi keminimarket yang ada didalam wilayah kampus. Sepeninggal Olivia dan kekasihnya, aku dan Jayden saling diam. Kami hanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Hingga akhirnya Jayden memecah keheningan antara kami berdua.
“Keyra, aku mau ketoilet sebentar. Kau tidak apa-apakan menunggu disini, sebentar lagi Andy dan Olivia pasti kembali. Seharusnya kau tunggu didalam mobil saja, tapi Andy tidak meninggalkan kuncinya padaku. Kalau mobil Livia?” tanyanya.
“ Kuncinya ada di Livia. Ya sudah aku disini saja tidak apa-apa.”
“Lagipula tidak mungkin kan kau mau ikut denganku” ucapnya sambil terkekeh.
“Apa maksudmu?? Tidak aku disini saja.” Jawabku sambil cemberut.
“ Aku Cuma bercanda Key..” katanya sambil pergi meninggalkanku.

*****

Jayden


Selesai dari toilet, aku bergegas kembali keparkiran menemui Keyra. Aku takut kalau Andy dan kekasihnya belum kembali dari minimarket. Saat aku sampai diparkiran aku tidak melihat Keyra, yang ada hanyalah tasnya.

“Keyra.. Keyraa..” aku memanggilnya.
Tapi tak ada jawaban sama sekali. “ Keyraa....” panggilku lagi sambil mengedarkan pandanganku kebeberapa arah. Tiba-tiba firasat buruk menghampiriku...


*****

Sorry, I Love You : It's You.

Keyra.



“I can be tough. I can be strong.
But with you, its not like that at all.
There’s a girl, that gives a shit.
Behind this wall. You just walked through it....”
Suara nada dering ponselku membuyarkan semua lamunanku, dengan malas kuambil ponsel yang kusimpan didalam tas. Sebuah pesan singkat masuk.

            **Sayang, maaf ya. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan siang ini, aku tidak bisa menemuimu sekarang. Aku harap kau mengerti, maaf. I love you, Keyra**

Sejenak aku tersentak membaca pesan yang baru saja kuterima dari Kevin. Kevin... kenapa tidak dari tadi kau menghubungiku, sudah satu jam aku di cafe ini. Inilah kebiasaan burukmu, sering membatalkan janjimu sendiri. Padahal kau menyuruhku kesini, dan sekarang kau juga yang tidak datang menemuiku. Aku menggerutu kesal dalam hati.

Akhirnya kuputuskan untuk pulang, aku memasukkan buku-buku yang tergeletak dimeja kedalam tas. Setelah membayar tagihannya, aku beranjak pergi dari tempat itu. Saat sedang berjalan kudengar ponselku berbunyi lagi, kali ini panggilan dari Kevin. Aku langsung menerima panggilannya.

“Halo..”
“Keyraa, kau marah padaku?”
“Kau fikir saja sendiri” jawabku ketus.
“Key, tadi aku akan menemuimu, tapi ada meeting mendadak. Dan aku harus menghadirinya. Maaf ya sayang.”

Aku hanya diam mendengar penjelasan darinya.
“Keyra..”
“Hmm..” jawabku pendek.
“Maaf ya, aku janji lain kali aku pasti datang”
“ Terserah” saat ini aku sangat malas berbicara dengannya.
“Keyra, ada apa denganmu?. Kau sakit ya?” tanyanya.
Kevin, kenapa kau tidak sadar juga. Saat ini aku kesal, ingin marah padamu. Tapi kau malah bertanya ada apa denganku. Kau benar-benar membuat moodku hancur berantakan.
“Aku tidak apa-apa. Selesaikan saja pekerjaanmu.”
“ Keyra, aku tahu kau marah padaku. Tapi tolong, mengerti sayang.”
“ Vin, sudah dulu ya. Saat ini aku sedang dijalan,..” belum selesai aku berbicara dengannya,. Tiba-tiba..
Buukk..
“Aduhh..” tanpa sengaja aku mengadu, sambil memegangi pundakku. Aku terkejut saat seorang laki-laki menabrakku dengan cukup keras.
“Maaf..” aku langsung mendongak saat lelaki itu bicara. Lelaki yang memiliki postur tubuh tinggi, memakai topi dan kacamata hitam.
“Aku juga tidak melihatmu” jawabku.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya sambil memegang pundakku.
“Tidak, aku tidak apa-apa. Permisi.” Jawabku sambil pergi meninggalkannya.

Saat aku sudah meninggalkannya, aku mendengar lelaki itu memanggil seseorang.
“Hey, nona..”
Awalnya aku tak menghiraukannya. Tapi saat aku merasa seseorang menyentuh pundakku,  aku langsung menoleh.
“ Ini ponselmu?” dia menyodorkan ponsel berwarna hitam. Yah, itu ponselku. Bagaimana bisa ponselku ada ditangannya?.
“ Iya ini ponselku. Kau??” aku menunjuk lelaki itu.
“Kau jangan berburuk sangka, aku melihat ponselmu tergeletak dilantai. Aku rasa ini punyamu, karena tidak ada orang lain yang lewat selain kau. Dan sepertinya ponselmu mati.”

Astaga, aku baru ingat tadikan aku sedang berbicara dengan Kevin, dan tiba-tiba lelaki ini menabrakku. Pada akhirnya ponselku terjatuh.
“Hey.. Ini memang punyamu?” suaranya membuyarkan lamunanku.
“Iya ini ponselku.”
“Aku harap lain lain kau harus lebih berhati-hati. Jangan sampai kau menjatuhkannya lagi.” katanya sambil memberikan ponselku.
Sepertinya lelaki ini tidak tahu kalau dia yang membuat ponselku terjatuh. “ Sebenarnya aku tadi sedang menelpon kekasihku, tapi kau menabrakku dan ponselku terjatuh”
“Oh, itu karena ku ya? Astaga, maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja.” Ucapnya dengan raut wajah menyesal.
“Sudahlah, tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengembalikannya padaku”
“Sebaiknya kau lihat dulu, apakah ponselmu rusak?”

Aku menghidupkan kembali ponselku, setelah menunggu beberapa saat aku baru yakin kalau ponselku masih berfungsi dengan baik.
“Tidak, ini masih berfungsi dengan baik.” Jawabku sambil tersenyum.
Dia mengangguk kepadaku. Sedangkan aku meninggalkan lelaki itu, berjalan keluar dari cafe dan memberhentikan sebuah taksi yang lewat dan pulang kerumah. Hari yang melelahkan dan cukup menguras emosiku.

*****
Jayden


            Sial, kenapa bisa hari ini aku terlambat bangun pagi ini. Padahal aku telah mengatur jam waker ku agar aku dapat bangun tepat waktu. Tapi nyatanya aku terlambat. Aku menggerutu dalam hati sambil mengemudikan mobilku dengan kencang. Aku tak peduli beberapa orang yang mengumpat karena kelakuanku menyalip mereka dengan tiba-tiba. Aku hanya ingin sampai dikampus tepat waktu, aku sudah berjanji dengan dosen pembimbingku untuk bertemu dengannya.

            Setelah perjalanan yang panjang, aku berhasil sampai kekampus. Setelah memakirkan mobil, aku bergegas memasuki ruang dosen sambil membawa beberapa berkas yang harus kuajukan kepada dosen pembimbingku. Saat aku sedang terburu-buru, aku terkejut dengan seseorang yang menabrakku dan menjatuhkan semua berkas yang kubawa. Yah, sekarang semuanya jatuh dan berantakan. Tuhan, sungguh sial hari ini. Disaat genting, malah hal-hal yang tidak penting terjadi. Dengan cepat aku mengambil dan menyusun kembali berkas yang berserakan dilantai.

“Maafkan aku, aku tidak sengaja. Sungguh..” ucap wanita itu sambil membantuku membereskan berkas-berkasku.
“Bisakah kau sedikit hati-hati, Nona. Kau membuat semua berkas skripsiku jatuh dan sekarang berantakan.”
“Maaf, sekali lagi aku minta maaf. Aku akan membantumu membereskan semuanya. Sini ku bantu untuk menyusunnya lagi.” Jawabnya lagi sambil menjulurkan tangannya utnuk meminta berkas yang ada ditanganku.
“Tidak usah, aku bisa menyusunnya lagi. Terima kasih.”
“Aku benar-benar minta maaf.”
Setelah semua berkas terkumpul aku mendongak pada wanita itu, sesaat aku memandangi wajahnya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya. Tapi dimana? Entahlah, tidak banyak waktu untuk memikirkannya.
“Aku....”

            Tapi belum selesai dia berbicara aku sudah memotongnya, karena aku tahu kalau dia ingin meminta maaf lagi. Dari raut wajahnya aku sudah membaca, dia sangat bersalah. “Iya aku memaafkanmu. Aku tidak banyak waktu, permisi.” Jawabku sambil meninggalkannya pergi.

******
            Setengah jam sudah aku menunggu disini, tapi yang kudapatkan nihil. Dengan entengnya, asistennya mengatakan bahwa beliau tidak bisa menemuiku. Ada rapat mendadak dengan rektor dan jajarannya. Aku menghela nafas panjang, pengorbanan yang cukup panjang untuk datang kekampus hari ini tapi hasilnya, kosong. Benar-benar sial.

            Aku keluar dari ruang dosen dengan lesu sambil membawa berkas yang tadi telah kususun lagi dengan rapi. Aku mengingat lagi apa yang telah kulewati pagi ini, bangun terlambat, mengemudikan mobil dengan kencang hingga beberapa orang mengumpat, memarahi seorang wanita yang menabrakku. Wanita yang menabrakku? Aku baru ingat siapa dia, dia yang kutemui dicafe beberapa hari yang lalu. Saat itu kami bertabrakan sehingga ponselnya jatuh. Dan tadi kami bertabrakan lagi. Siapa yang ceroboh diantara kami berdua, aku atau dia. Kami bertemu dua kali dengan momen yang sama. Apa itu kebetulan? Entahlah..

            Sesampainya diparkiran aku langsung pergi meninggalkan kampus untuk makan siang. Setelah itu aku akan pergi kerumah Andy, sahabatku. Seperti biasa, kami akan latihan band  untuk persiapan mengisi acara penggalangan dana dikampus minggu depan. Saat diperjalanan kerumah Andy, hujan turun dengan deras. Aku memperlambat laju mobilku, karena jarak pandangnya yang pendek sehingga aku harus berhati-hati. Suhu udara berubah menjadi sangat dingin. Tidak bisa kubayangkan kalau aku berada diluar sana.


            Hujan semakin deras saat aku melewati area taman kota yang letaknya tidak jauh dari sebuah komplek pemakaman. Taman kota yang biasanya ramai sekarang sepi. Dimusim hujan seperti ini orang-orang sangat malas untuk beraktivitas diluar. Sambil mengendarai mobil dengan pelan, aku mengedarkan pandanganku kesekitar jalan. Mataku tertuju pada sesosok wanita yang sedang berdiri, melipat kedua tangannya sambil berteduh dibawah sebuah pohon dipinggir jalan. Wanita itu berdiri sendirian ditengah derasnya hujan seperti ini? Menyadari kehadiranku, dia melihat kearah mobilku. Deg.. aku terkejut, wanita itu? Sedang apa dia didepan komplek pemakaman sendirian?